Wednesday, January 17, 2018

13-Selamat Tinggal Masa SMA

Selamat Tinggal Masa SMA

Tiga tahun telah kami lalui masa masa indah, masa sma, tidak akan ada satupun orang yang menyangkal bahwasanya masa terindah adalah masa sma, dan kalian pasti akan setuju dengan pendapatku ini.

Seragam putih abu abu selalu memberikan sejuta kenangan yang tidak mungkin kalian lupakan dan tidak ada satupun orang yang tidak memiliki kenangan di masa sma, tidak peduli apakah itu manis atau pahit, termasuk untuk aku, orang yang awalnya menganggap masa sma adalah biasa saja, dan keyakinan tersebut kini terbantahkan.

Coba kalian ingat lagi, coba kalian putar kembali masa sma kalian, pasti kalian akan tersenyum sendiri, tersenyum mengingat betapa serunya peristiwa yang sudah kalian alami bersama teman teman, dan juga kalian pasti akan tersenyum sendiri bila mengingat cinta pertama yang tumbuh di masa sma itu.

Begitu juga diriku, kenangan ini tidak akan pernah bisa terhapus, satu nama yang telah mengukir perjalananku selama 3 tahun, satu nama yang telah merubah cara pandangku terhadap seorang wanita, satu nama yang mengajari aku bagaimana cara memperlakukan seorang wanita , menempatkan seorang wanita sebagaimana mestinya.

Dan tibalah saat menyedihkan itu saat dimana kita harus meninggalkan semuanya,masa masa yang mengalir begitu saja tanpa beban. dan hari itu adalah hari terakhir aku bertemu dengan vania, dan hari itu vania terlihat sangat cantik.

"Vania..boleh aku tanda tangan dibaju kamu yah " kataku

:Iya dong..boleh..disini yah dio" Vania menunjukan posisi dimana aku harus membubuhkan tanda tangan di baju seragam yang sudah semakin penuh dengan tanda tangan.

Aku menuliskan sebuah kalimat di seragam vania.

Kamu adalah kenangan yang kelak akan Kubuka Kembali- DIO Juni 1994

Sungguh aku hanya asal saja menuliskan kalimat itu tanpa maksud apapun, namun kelak kata kata ini akan menjadi sebuah pembuktian yang nyata,seperti apa? Nanti akan kuceritakan tentang pembuktian atas kalimat yang telah aku tuliskan di seragam vania. 

Vania mengajak aku duduk di bawah pohon, karena saat itu matahari bersinar dengan sangat terik, kami lama saling terdiam.

"Vania, kamu rencana mau kuliah dimana ?" tanyaku memecahkan keheningan.

"UI Kedokteran atau UNPAD "

"Wah susah itu, kalau aku sih pasti nggak dapat, kalo kamu aku yakin kamu pasti bisa, kamu kan paling pintar vania " kataku

Vania tersenyum manis mendengar sanjunganku itu.

"Kalo kamu?" Vania balik bertanya

"Aku paling mau ambil teknik elektro kemungkinan di Universitas Sriwijaya" kataku

"Jauh banget dio, jangan jauh jauh dong" Kata vania, sebuah kata kata manja yang lama tidak terdengar yang membangkitkan sebagian perasaanku yang telah lama kubunuh.

"Dio.. hidup itu cuma sebentar yah..habis ini kita lulus..bekerja..menikah..punya anak..terus mati.." Vania berkata dengan suara lirih dan memandang kosong ke depan.

Sebenarnya aku tahu ada sesuatu yang tidak biasa yang terjadi didalam diri vania, namun aku enggan untuk menanyakan hal tersebut.

"Kamu harus optimis..kamu itu bakal jadi orang besar vania dan kamu pasti akan bahagia" Aku melihat bola matanya sedikit lagi meneteskan air mata.

Akhirnya air mata jatuh menetes di pipinya, aku mencoba memberikan sapu tanganku untuk menyeka air mata yang jatuh ke pipinya.

Vania kemudian menatapku dari samping dan aku tahu dia sedang menatapku tajam tapi aku seolah olah tidak tahu, entah apa yang ada dibenaknya pada saat dia menatapku seperti itu, seperti menyiratkan sesuatu namun mulutnya terkunci rapat.

Keadaan diluar sekolah saat itu sudah mulai sepi, banyak anak anak yang merayakan kelulusan dengan berkonvoi,tinggal aku dan vania dan beberapa orang. Vania kebetulan sedang menunggu jemputan supirnya.

"Vania..terima kasih banyak yah.." kataku sambil merubah posisi dudukku menjadi berhadapan dengan vania.

"Terima kasih buat apa? Aku kan Nggak Kasih apa apa ke kamu dio " kata vania

"Vania..dulu aku pikir masa sma itu hanya gitu gitu aja..biasa aja..tapi kamu itu sudah merubah semuanya.."

"Kamu telah memberikan warna di hidupku yang tadinya hanya hitam dan putih saja" 

"Kamu itu sahabat tebaik, teman terhebat aku vania "pernyataan sebagai seorang sahabat akhirnya meluncur dari mulutku tanpa aku sadari secara spontan.

Vania kembali meneteskan air matanya, dia menyeka air matanya dengan sapu tangan milikku yang masih dia pegang.

"dio..kamu juga..aku seneng bisa punya sahabat seperti kamu dio..kamu yang paling tahu aku dio..:" Suara vania bergetar bercampur isak tangisnya.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata, aku mencoba untuk tetap terlihat seperti seorang laki laki yang pantang meneteskan air mata dihadapan seorang gadis yang sungguh aku kagumi.

Aku menarik nafas mencoba mengalihkan apa yang ada dalam otakku, mencoba untuk mengalihkan agar tidak ada air mata yang jatuh menetes. 

"dio kalau kamu nanti ketemu seseorang yang sangat berarti buat kamu, yang melebihi aku, kamu jangan pernah lupa sama aku..jangan kamu harus tetap jadi sahabat terbaik aku yah dio..aku..vania..kita pernah lewati semua sama sama dio.. " suara vania terdengar memelas memporak porandakan seluruh perasaan ini.

Suara klason mobil terdengar diserang jalan, jemputan vania sudah datang. Vania berdiri dan menyalami aku dengan air mata yang makin deras menetes di pipinya.

Aku hanya berdiri terpaku tanpa bisa berbuat apa apa, sungguh aku sangat tidak siap dengan keadaan ini, keadaan dimana aku harus melepas seseoarng yang sangat aku sayangi..seseorang yang sangat aku cintai..walaupun dia hanya menempatkan aku sebagai seorang sahabat.

"Sampai Jumpa Dio...." ucapan itu menggetarkan hatiku, merobek hati ini dan menghujam jantungku.



Vania melangkah pergi meninggalkanku yang terlihat seperti tidak memiliki jiwa, yang kosong dan hampa, aku menatap langkah vania yang semakin jauh berjalan dan sebenarnya sangat ingin aku mengejarnya dan memeluknya dan aku katakan bahwa aku sangat menyayanginya, namun semua itu tidak akan pernah terjadi.

Dan dia vania.. dia adalah cinta pertamaku..dia adalah cinta yang tumbuh dalam kekosongan jiwaku, dia adalah cinta yang tumbuh untuk memberikan warna dalam hidup ini..cinta yang tumbuh untuk memberikan kekuatan untuk bertahan..cinta yang hadir untuk menuliskan kenangan indah dan cinta terbesar yang tidak pernah terungkap.

Sampai Jumpa Vania...akhirnya air mata itu tak tertahankan menetes dan jatuh membasahi seragam sekolahku yang sudah penuh dengan cat dan tanda tangan,yang telah menjadi saksi indahnya sebuah perjalanan dan menjadi saksi tentang kebesaran cinta yang tetap rapi tersimpan jauh di sudut gelap hati ini. 

0 comments:

Post a Comment