Friday, February 2, 2018

02-Kebun Raya Bogor Januari 1992

Kebun Raya Bogor Januari 1992
  

"anak anak kelompok sudah saya bagi silahkan persiapkan segala sesuatunya dan pastikan kalian mencatat seluruh pohon dengan nama latin di kebun raya nanti " semua siswa tampak serius memperhatikan arahan dari pak siregar sang guru biologi.  

Saat itu seluruh kelas 1 akan berangkat study tour ke kebun raya bogor, masing masing kelompok beranggotakan 4 orang. Aku sendiri satu kelompok dengan Vania, Yossi dan teman sebangku ku Muladi.

Sedikit aku ceritakan Muladi, sosok pria dengan kepercayaan diri tingkat dewa. Konon muladi selalu optimis bila ada wanita yang didekatinya sudah pasti akan mau dengannya. Menurut prinsip muladi setiap wanita pasti akan suka jika didekati pria, itulah prinsip teguh muladi dalam mendekati seorang wanita walaupun hingga kini mungkin sudah 4 wanita yang menolak cintanya, akan tetapi muladi masih tetap PD dengan teori dan prinsipnya.

Vera merupakan target terbesar dari muladi, konon menurut muladi vera merupakan wanita yang pernah hadir di mimpinya yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya. Muladi mendapat ilham ini konon sejak 3 tahun lalu. Perjuangan muladi mendekati vera cukup konsisten dia selalu membututi vera setiap pulang sekolah walapun 3 langkah dibelakangnya dan vera tidak pernah sedikitpun menoleh kebelakang, namun muladi berpendapat bahwa vera sebenarnya sudah 60% suka kepadanya hanya saja tuhan belum membukakan pintu hatinya.

"Dio,Muladi,Yossi nanti malam kita belanja buat keperluan besok ke bogor yah" Ujar vania mencoba untuk mengkoordinir acara besok.

"okay, sore yah kita ketemu nanti di Prima Swalayan" kata mulyadi sambil duduk diatas meja.

Sore jam 5 aku sudah hadir bersama muladi duduk menunggu yossi dan vania, karena memang uang untuk belanja keperluan dipegang vania.

"Muladi...sudah lama nunggu?" tiba suara wanita memecahkan kesunyian.Kita berempat mulai mengumpulkan belanjaan seperti air mineral dan snack.

"Dio..sini..dorong dong ini belanjaannya kan berat:.masak cowok diem aja.."Vania meminta aku untuk membantunya.

"Eh ..iya iya.." kataku sambil mendekat dan mendorong belanjaan yang penuh satu kereta dorongan belanjaan. Aku memang kurang tanggap melihat vania membawa belanjaan yang banyak.

Suasana study tour dibogor agak berjalan kurang sempurna karena hujan mengguyuri kebun raya bogor saat itu. Sampai sampai baju yang aku pakai kering di badan.



Dari sudut kejauhan aku tanpa sadar memandangi vania dengan kaos warna ungunya..yang basah karena hujan dan rambutnya yang hitam panjang memberikan kesan kesempurnaan seorang wanita.

"ah..aku hanya bisa memandangi saja...terlalu jauh jika aku bermimpi bisa dengan vania" dalam hatiku berbicara.

Pukul 15:00 kita kembali ke jakarta. Di dalam bis semua tertidur pulas karena kelelehan kecuali aku yang duduk di barisan belakang, termenung memandang jendela, entah apa yang aku pikirkan.

Dalam benakku berfikir.."Ah masa masa SMA yang kata orang penuh dengan romantika nyatanya cuma begini gini aja.."

"Dio..mau ini nggak?" TIba tiba aku dikagetkan oleh suara vania yang memberikan aku selembar uang kertas Rp.1.000 yang sudah lusuh.

"Apa ini Nia?" tanyaku  kebingugan

"Buat kamu aja dio..." Vania sambil tersenyum kemudian kembali ke tempat duduknya didepan.

hmmm..apa maksudnya aku tidak tahu, tetapi yang jelas senyuman vania disaat dia tadi menegurkan merupakan senyuman yang termanis yang pernah aku lihat. Sebuah senyuman dari kesederhanaan yang bermakan berjuta juta tanda tanya.

Tiba tiba vania kembali lagi menghampiriku, membuat aku semakin bingung.

"Dio nomor telepon kamu berapa?" tanya vania kepadaku.

"4571976" spontan aku menjawab sambil terheran heran. Entah apa yang terjadi akupun tidak tahu maknanya, aku hanya otomatis menjawab pertanyaan vania yang langsung kembali ke tempat duduknya di barisan depan bus.

Sepanjang -perjalanan aku tidak tahu apa maksud vania. Apakah dia hanya membuat ku GR? Membuat ku menjadi gugup ? Senang dengan aku yang mudah gugup jika berhadapan dengan wanita sehingga aku salah tingkah? Entahlah namun kejadian itu terus aku pikirkan hingga larut malam.






0 comments:

Post a Comment