Sunday, January 28, 2018

05-Ramadhan Romansa

Ramadhan Romansa

Mungkin kalian bertanya tanya, kenapa di chapter ini aku namakan Ramadhan Romansa, yah karena di Bulan Ramadhan 1993 ini semuanya penuh dengan romansa penuh dengan romantika antara aku dan vania,dari sinilah di tahun tahun berikutnya saat bulan ramadhan selalu aku terkenang saat saat masih ada vania..terus berulang dan berulang walapun saat itu aku tidak tahu lagi apa kabarmu vania..dan dimana kamu kini vania.

Sebelum imsak sudah menjadi langganan vania selalu menelepon aku untuk melepas kangen, apalagi pada saat hari minggu seperti ini kita tidak bisa bertemu. Banyak hal yang dibicarakan, dari pembicaran yang membuat kita berdua tertawa sampai dengan perbincangan yang membuat vania menangis tersedu sedu, seperti suatu ketika.

 "dio..hiiks...hiksss." suara vania terdengar terisak menangis disebrang telepon.

"vania kamu kenapa? kok nangis...kenapa vania?"

"dio..aku ga suka...aku ga suka" suara vania terdengar tidak jelas bergantian dengan isak tangisnya.

"ga suka apa sih?" tanya aku kebingungan sebenarnya apa sih yang ditangisi.

"Aku cuma rangking 2 dio...masa mey sih yang jadi rangking 1 ..mentang mentang dia anaknya guru" tangis vania agak mereda

"hahh..kok kamu bisa tahu kan belum dibagi raport vania?" tanyaku keheranan

"kan gini..kemarin itu aku kan disuruh bu lastri isi rapor..nah disitu aku kan lihat dio..kok aku jadinya cuma rangking 2, padahal kan nilai aku lebih bagus dari si mey..huuuu...hhhuuuuu" tangis vania makin menjadi jadi.

"Oh itu masalahnya aku kira kamu kenapa..." aku coba menangkan vania...

"Ya udah vania gak apa apa kamu rangkin 2 di kelas..tapi kamu kan tetap rangking 1 buat aku..pokoknya rangking 1 terus sampe lulus sampe kuliah juga kamu pokoknya rangking 1 terus deh..hi hi.hi" aku coba menghibur vania.

Vania ini memang agak sensitif masalah pelajaran dan prestasi, vania memiliki tingkat kompetisi yang sangat hebat terutama dengan pesaing berjenis kelamin wanita. Ini yang paling sering dia curahkan isi hatinya kepada aku.

"dio...kamu kemarin katanya kenalan sama anak 1-7 yang dari bandung itu yah?" tiba tiba vania bertanya diluar topik pembicaraan dan aku sempat terdiam.

"oo..itu riska vania..itu kan muladi yang mau kenalan" aku menjawab karena memang muladi lah pelaku utamanya.

"cantik yah dio?" vania bertanya dengan nada datar..sangat datar dan pelan sekali, aku bisa merasakan ini bukan pertanyaan biasa, tapi sebuah pertanyaan bernada sinis.

"hmmm ya gitu deh..." mulutku menjawab seperti itu namun dalam hati aku menjawab "kamu jauh lebih cantik dan kamu jauh lebih hebat dari dia vania"

"kok kamu nggak deketin dia dio? kok kamu ga ajak dia pulang bareng?" pertanyaan vania mulai akan menekan aku.
Sebenarnya itu adalah pertanyaan yang seharusnya dilontarkan oleh seorang wanita kepada pacarnya...tapi...aku kan bukan pacarnya vania..atau bisa dibilang belum menjadi pacarnya. 

Tapi aku dalam hati juga protes dan tidak terima, vania juga sering bercerita bahwa ada banyak laki laki yang menyatakan cintanya kepada vania, tapi dia tolak, dan bahkan ada yang sampai menangis memohon mohon kepada vania untuk diterima cintanya.

Nah sekarang aku kan hanya ikut ikutan muladi bukan aku pelaku utama dan inisiatornya. 

Sebenarnya dengan cerita vania yang selalu menolak banyak pria, itulah yang membuat aku semakin takut..semakin takut vania juga akan menjawab hal yang sama apabila aku menyatakan cintaku kepada vania, dan pada akhirnya sampai detik ini aku hanya bisa menyimpan jauh di hati yang paling dalam agar semua orang tidak ada yang tahu, termasuk kamu vania.

Satu hal yang selalu aku ingat disaat bulan ramdhan adalah lagu yang diputar di radio adalah lagu "The Actor" Michael learns To Rock, lagu ini selalu aku dengar di radio pada saat aku berbicara di telepon dengan vania. 

Lagu "The Actor" tersebut sangat melekat di hati hingga ber puluh tahun kemudian jika aku mendengar lagu itu langsung aku terkenang akan bulan ramadhan dimana menjelang sahur vania selalu menelpon aku dan lagu dari michael learns to rock tersebut diperdengarkan.


I´m not an actor I´m not a star
And I don´t even have my own car
But I´m hoping so much you´ll stay
That you will love me anyway


Sebuah lagu yang cukup merepresentasikan keadaan aku sekarang dimana aku tidak memiliki apa apa untuk kamu vania, aku hanya memiliki rasa sayang, dan dengan cara itulah aku membahagiakan diriku.

"dio..nanti malem temenin gue yah ke rumah vania " Roy yang duduk di depan aku berbisik pelan kepadaku.

"mau ngapain lo?" tanyaku balik

"gue mau nembak vania ..." roy berbisik agak keras takut terdengar orang lain. Roy memang sudah lama suka dengan vania, walapun aku dan vania dekat tetapi tidak satu pun yang tahu kedekatan aku dan vania ini begitu juga dengan roy yang duduk persis didepan aku di kelas.

Dalam hati aku seketika itu juga berdegup kencang, dan banyak sekali bayang bayangan ketakutan dalam hati aku mencoba untuk menyuarakan. Bagaimana bila vania menerima roy? bagaimana kalau vania juga suka dengan roy? sudah pasti aku akan hancur berkeping keping.

"Gimana..lo mau kan nanti habis buka puasa kita kesana?" ajak roy

"ya udah deh.." aku menjawab dengan terpaksa dengan suara yang berat dan lemas. Tapi aku berfikir lebih baik aku ikut jadi aku bisa tahu langsung apa jawaban vania nanti dan bukannya menunggu dengan cemas yang membuat aku semakin kalut.

Jam 19:00 kami bertiga Roy, aku dan Sendy sudah duduk manis dan rapi dirumah vania, setelah dipersilakan masuk oleh adiknya vania.

Aku dan Roy terlihat tegang, sementara sendy terlihat santai, dan dia tidak tahu perasaan tegang aku dan roy sungguh berbeda dan berlawanan. 

 "udah cepetan ngomong aja sana roy, kelamaan nih" Sendy menyuruh roy cepat masuk kedalam karena vania katanya masih mandi.

"Iya iya..abis ini gue ngomong..tapi lo semua diluar yah" Roy dengan menarik napas dan mencoba mengatur napas persiapan untuk sebuah ritual yang sangat penting.

Roy masuk kedalam, sendy sibuk mendengarkan lagu di walkmannya, sementara aku..terdiam terpaku..jantung berdebar kaki terasa dingin dan lemas, harap harap cemas menunggu hasil dari dalam, ya tuhan semoga vania dalam keadaan sadar dan menolak mentah mentah roy.

Selang sekitar 15 menit, akhirnya roy keluar dengan langkah gontai dan lemas. Dalam hati ku "Yes....akhirnya gagal juga" seketika suasana menjadi lebih hangat dan bersemangat bagiku tapi tidak bagi roy.

"Gimana Roy?" Sendy melepas headphone nya berdiri menanyakan hasilnya kepada roy.

Roy memberikan simbol ibu jari mengarah kebawah, sebuah simbol kemenangan bagi aku dan simbol kiamat bagi roy.

"Dio...lho kok kamu ada disini, kenapa kamu ga kasih tahu aku kalo kamu disini" Vania terlihat sangat kaget melihat aku.

"Iya gak apa apa vania, aku nemenin roy aja kok..." aku menjawab dengan suara yang tenang dan terlihat seperti anak kecil yang berhasil memenangkan lomba balap karung.

Kami bertiga pamit pulang, roy sudah lebih dulu masuk ke mobil Toyota Hardtop nya memandang kedepan dengan tatapan kosong, aku berjalan paling belakang diiringi vania berjalan keluar pagar rumahnya.

"Dio..nanti telpon aku yah..aku mau cerita..awas kalo gak telepon" vania bersuara pelan dengan nada ancaman sekaligus manja atau bisa dikatakan manis dan manja.

Perjalanan pulang serasa sangat lama dan lama sekali, bukan karena perjalanan yang jauh tapi karena roy mengendarai dengan kecepatan mungkin hanya 5Km per jam, mungkin ini efek dari penolakan vania tadi, roy terlihat menatap kosong ke depan, untung saja jalanan saat itu sepi tidak ada mobil lain.

"hhhuaaaaa....hhhuaaaaaa..." tiba tiba aku dan sendy dikagetkan suara tangisan roy yang meledak memecahkan suasana keheningan malam itu dan mobil langsung berhenti.

"Roy..kenapa lo? hah?kesurupan?" tanyaku was was

"Hhhuaaaa....percuma gue bikin SIM...ga ada gunanya SIM kalo begini..biar gue buang aja SIM nya..huaaaaaa...gue kan bikin SIM supaya bisa ajak vania jalan jalan..kalo begini apa gunanya bikin SIM..hhhuaaaaa" Tangisan roy teredengar lebih kencang lagi, membuat 2 orang hansip disebrang mobil beranjak dari duduknya dan menghampiri kami.

"Ada apa ini de, kenapa temannya kok nangis kenceng banget?" tanya salah satu hansip kepadaku.

"Oh ini pak..temen saya tadi baru dapet musibah" aku coba menjelaskan

"Musibah apa kok kelihatannya sedih banget sih" hansip itu penasaran

"Ini pak, teman saya ini habis ditolak cintanya jadi mungkin dia sepertinya shock berat pak" kataku kepada dua orang bapak hansip itu.

"Ya udah yang tabah yah de..semua ini mungkin ujian dari yang maha kuasa, semoga adik bisa melewatinya dengan ketabahan,keikhlasan dan kebesaran " hansip itu coba menenangkan roy dengan metode zainudin mz, ustadz yang sangat kondang saat itu.
 
"Hhhuaaaaaaaa....hhhuaaaaaa" tangisan roy semakin menjadi jadi dan akhirnya kita duduk di trotoar itu sampai jam 1 malam.




Pagi pagi disekolah,setiba dikelas vania langsung menghampiriku disamping pintu kelas dengan posisi yang agak tersembunyi.

"Dio...tadi malem aku telp kamu...kamu kemana jam 10 belum dirumah?"Tanya vania

"Itu vania..semalem roy nangis hebat katanya gara gara ditolak kamu, jadinya kita sampe jam 1 malem di trotoar jalan deket rumah kamu itu" kataku.

"Hahh? kok sampe segitunya sih dio? semalem itu dia memang nembak aku dio..aku kan mau cerita ke kamu.tapi kami belum pulang" ujar vania.

Lalu vania bercerita bahwa selain roy itu ada 4 orang lagi yang dalam 1 bulan ini menyatakan cintanya tapi vania menolak mereka semua. Sebuah cerita yang semakin mengkerdilkan aku, semakin membuat aku menjadi sang pemuja rahasia abadi. Mereka saja semua ditolak, bagaimana aku? hati kecilku semakin menambah rasa pesimis.

Perbincangan beralih ke hal lain yang membuat kita berdua tertawa cekikikan diiringi tatapan tajam dan sinis dari roy dikejauhan.

Malamnya seperti biasa dengan bersepeda aku mengunjungi sebuah tempat yang mungkin kalian generasi saat ini tidak akan pernah menemukannya.Sebuah tempat yang sangat sakral dan menyimpan sejuta kenangan bagi kalian semua remaja generasi 90an, ya kalian pasti tahu, tempat itu adalah Telepon Umum Koin.

Aku menelpon vania bermodalkan 2 koin seratus rupiah.Di jaman ini uang koin merupakan sebuah benda yang sangat berharga sekali dan sanggup merubah suasana hati, pasti kalian tidak percaya, kami generasi 90 an mengalami masa masa indah tersebut.

Menjelang tidur seperti biasa sambil mendengarkan lagu di walkman, aku selalu menuliskan puisi untuk vania.

Bulan begitu indah hadir malam ini menemaniku..
menemani aku seperti malam malam kemarin
menemani aku yang tidak pernah bisa meruntuhkan perasaanku..

Perasaan tentang bagaimana aku terlalu menginginkan seseorang
yang mungkin saja dia tidak akan pernah tahu...
Tidak akan pernah tahu tentang apa yang tersirat jauh di lubuk hatiku

Malam ini telah kutunjukan pada ribuan bintang
Bahwa akulah sesorang yang akan tetap ada untuk kamu
Saat ini, esok dan selamanya...Selamat Malam Vania

Jakarta 7 Mei 1993

Lirik "In The Still Of The Night" Boyz II Men terdengar sangat sangat menusuk hati mengantar untuk memejamkan mata malam ini. 


In the still of the night
I held you, held you tight
Oh I love, love you so
Promise I'll never let you go
In the still of the nightI remember  that night in May
When the stars were bright up above
I hope  and I pray
To keep  your precious love
So before the light
Hold me again
With all of your might
 




 

0 comments:

Post a Comment