Tuesday, January 9, 2018

19-Prahara Untuk Vania



Malam itu waktu sudah menunjukan pukul 20:00 aku masih berada dikantor untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda.
Aku berada di ruang kerjaku sendirian karena aku memang memiliki ruangan kerja sendiri yang cukup besar yang disediakan perusahaan mengingat posisi ku masuk dalam jajaran direksi perusahaan saat itu.
Konsentrasiku tertuju pada laptop didepanku dan tiba tiba saja aku dikagetkan oleh dering handphoneku yang kuletakan disamping laptop.
Aku lihat dilayar handphone, tertulis nama vania, yah vania menelponku tiba tiba dimalam ini, ada apa gerangan?Aku langsung menjawab panggilan tersebut.
“Halo..vania..apa kabar..kemana aja?”Kataku dengan rasa senang.
“Dio....kamu dimana?” Suara vania terdengar sangat parau dan berat.
“Aku masih di kantor vania..kamu kenapa, suara kamu kok begitu?”
Tidak ada jawaban disebrang sana, hanya terdengan pecahnya suara tangis vania,sepertinya dia meletakkan handphonenya, karena kudengar suara tangisan tersebut agak jauh.
“Vania..kamu kenapa?Vania?” Aku keraskan suaraku dan aku bingung apa yang terjadi padanya.
Belasan tahun dia tidak pernah menghubungiku, dan tiba tiba menghubungiku dengan suara tangisan yang terdengar sangat perih sekali.
“Dio...aku hancur dio..aku hancur” Vania terus mengulangi kata kata itu.
“Kamu tenang dulu...tenang vania..apa yang terjadi dengan kamu?”Aku coba menenangkan vania, agar dia bisa menjelaskan apa yang terjadi.
“Aku nggak kuat dio..aku sudah hancur” Kata kata itu terus diulang tanpa ada penjelasan.
Aku mendengar suara gemericik shower kamar mandi, pastilah dia menelpon aku dari kamar mandi. Aku menduga ada sesuatu kejadian besar yang terjadi pada vania, karena dia harus menelpon bersembunyi di kamar mandi.
Aku diamkan sejenak mencoba agar vania dapat tenang untuk bisa menjelaskan kepadaku apa yang sedang terjadi, aku sendiri sangat bingung dan penuh tanda tanya.
Setelah beberapa saat suara tangisan itu sudah mulai mereda, hanya suara gemericik air yang terdengar.
“Kamu kenapa? Kamu harus cerita sama aku, dio sahabatmu vania” Aku membuka pertanyaan lagi kepada vania.
“Ferdian telah menghianati aku dio, dia telah menghancurkan aku dio” Ferdian adalah suami vania yang dia nikahi 6 tahun lalu.
“Apa yang dia lakukan ?”
“Aku lihat semuanya dio..aku sudah lihat semuanya” Vania mengucapkan kata kata itu dengan bibir yang gemetar, aku bisa merasakannya.
Sebenarnya aku sudah memiliki firasat, pasangan vania tersebut bukanlah pasangan yang baik, entah dari mana aku hanya memiliki firasat buruk saja, dan kali ini firasat itu menjadi nyata.
“Dia berselingkuh dengan wanita lain,aku melihat semuanya” Suara vania agak tenang dan terdengar nada kebencian.
“Aku sudah melihat jelas semuanya dio, aku melihatnya di handphone nya”
“Aku tidak pernah mengira akan terjadi seperti ini dio”
“Aku berulang kali memastikan bahwa itu ferdian atau bukan, aku tidak percaya, tapi ternyata memang itu adalah dia, aku melihat dengan jelas perbuatannya yang tidak pernah akan aku duga..aku malu melihatnya dio...” Suara tangisan vania memecah lagi.
Aku sangat bisa merasakan suara tangisan tersebut adalah suara tangisan yang sarat akan penderitaan dan beban yang berat.
Beberapa saat kemudian, vania mulai tenang dan dia mulai menceritakan semua yang terjadi.
“Aku tidak pernah berfikir bahwa aku akan mengalami kejadian seperti ini..” Vania mulai membuka ceritanya dengan suara yang masih terdengar gemetar.
“Beberapa hari lalu, aku membaca sms masuk di handphone ferdian, dan aku tahu itu adalah sms dari perempuan yang terlihat bahwa perempuan itu sudah dekat”
“Aku bertanya ke ferdian, siapa orang itu? “ kata vania
“Ferdian, menjawab dengan nada yang lebih marah kepadaku”
“Itu teman kantor saya, jangan mikir yang bukan bukan, Nada ferdian meninggi, padahal aku hanya bertanya dengan kalimat pendek” Kata vania.
“Aku hanya bisa diam, walapun aku tahu itu tidak wajar”
“Aku mencoba menahan semua itu dio, padahal aku tahu ada yang tidak wajar, dan aku mencoba menyangkal semuanya”
“Dan sore tadi, aku melihat handphonenya tergeletak diatas meja, dan beberapa kali terdengar panggilan dari nomor perempuan itu.”
“Disaat ferdian lengah, aku ambil handphonenya dan aku mencari tahu apa yang ada di dalamnya”
“Seluruh aliran darahku serasa berhenti, badanku gontai, tidak mampu menahan beban tubuh ini saat aku melihat apa yang ada di handphone tersebut” Isak tangis menyelingi cerita vania.
“Dan kamu tidak akan pernah bisa membayangkan apa yang aku lihat, hancur semuanya dio, aku malu” Tangisan vania memecah lagi dan kesedihan itu seakan akan menjalar juga ke tubuhku disini.
Aku tidak akan menceritakan apa yang dilihat vania karena itu sangatlah berat bagi seorang istri untuk mengetahui apa yang terjadi, seperti apa yang dialami vania saat ini.
Suara air shower kamar mandi yang terdengar sayup sayup, seakan akan mencoba untuk meredakan suasana yang teramat berat saat itu, saat vania menceritakan semuanya, dan aku pun merasakan apa yang dirasakan vania.
“Aku sudah tidak tahu lagi harus apa dio, aku tidak sanggup lagi untuk meneruskan hidup ini dio” Sebuah kata kata yang membuat aku sangat panik.
“Kamu tidak boleh begitu, kamu harus tegar vania, lihat aku, masih ada aku sahabatmu” Aku mencoba untuk memastikan vania tidak berbuat yang tidak tidak.
“Sekarang kamu nggak usah lagi melihat apa yang ada di handphone itu, handphone itu ada dimana?” Tanyaku
“Masih ada di aku dio” Kata Vania
Tiba tiba terdengar suara pintu digedor dari luar, rupanya ferdian menggedor pintu kamar mandi.
“Buka...buka..buka sekarang...” Suara itu terdengar sangat menakutkan sekali, suara yang penuh amarah.
Suara itu terdengar semakin keras,rupanya ferdian mencoba untuk mendobrak pintu kamar mandi.
“Mau apa kamu? Masih belum cukup kamu hancurkan hidup saya?” Aku mendengar suara vania terdengar jauh.
Dan terdengar suara tangisan yang makin hebat diiringi suara ketukan pintu yang makin mengeras, membuat suasana makin mencekam, dan aku mendengar semua itu dengan jelas.
Tiba tiba tidak ada suara lagi dari vania.
“Vania?..Vania? Kamu masih disitu?” Kataku
Tidak ada suara apa apa terdengar, sambungan telepon terputus, aku meletakkan handphone ku diatas meja, dan menarik nafas panjang.
Aku tidak percaya apa yang baru saja terjadi, dan rasa khawatir menghantuiku, aku cemas, apa yang terjadi dengan vania, aku sangat khawatir terjadi sesuatu dengan vania.
Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya seorang sahabat lama yang mungkin sudah terlupakan, tapi bagiku , vania masih menjadi wanita nomor satu yang aku tempatkan di hati ini.
Aku menyalakan sebatang rokok, kuhembuskan asap keluar jendela aku memandang keluar di kegelapan malam saat itu, mencoba untuk tetap sadar apa yang telah terjadi.
Aku tidak bisa tenang, aku ingin menelpon kembali vania, tapi aku juga tidak ingin nantinya akan membuat keadaan menjadi lebih buruk bila aku menelpon vania saat ini.
Kuputuskan untuk menunggu sejenak, kuurungkan niatku untuk pulang saat itu. Aku menunggu beberapa saat untuk menelpon vania kembali.
Rasa sayangku yang begitu besar, seakan akan tidak rela mendengar apa yang diceritakan vania tadi. Namun dia bukanlah milikku, dia adalah milik orang lain, dan itu harus aku akui.
Aku beranikan diri menelpon kembali, suara nada tunggu terdengar lama sekali, tidak ada jawaban sama sekali, aku semakin cemas.
Tiba tiba suara handphoneku berbunyi dan kulihat vania yang menelponku, langsung aku angkat.
“Vania..kamu nggak apa apa?” Aku bertanya dengan nada sangat cemas.
“Aku takut dio..aku takut” Suara vania memelas terdengar sangat tidak berdaya.
“Tadi dia mencoba mendobrak pintu,aku buka dan dia mencoba merebut handphonenya” Kata Vania
“Siapa? Ferdian ?” Tanyaku
“Iya,  dia mengambil handphonenya lalu cepat cepat pergi “ Kata Vania
“Ya sudah, yang penting kamu baik baik saja sekarang, dia tidak melukai kamu” Kataku
“Dio, aku mau ketemu kamu” Kata Vania
“Iya boleh, besok kita ketemu yah” Kataku
Vania menutup telponnya, rasa cemasku sedikit berkurang mendengar suara vania tadi.
Diperjalanan pulang aku terus berfikir,apakah kejadian itu akan menyebabkan berakhirnya rumah tangga vania, dan sudah tentu hidup vania akan hancur berantakan.
Aku memacu kendaraanku dikegelapan malam itu,semua terlihat pekat dan gelap, sangat mencekam sekali, seakan akan alam ikut merasakan kesedihan dan prahara yang dialami vania malam ini.

0 comments:

Post a Comment