Saturday, January 20, 2018

10-Dia Yang Tidak Pernah Datang

Dia Yang Tidak Pernah Datang

Pagi ini tidak seperti hari biasanya di hari liburan, aku bangun lebih awal, jujur saja semalaman aku tidak bisa memejamkan mata ini, alam bawah sadarku terus memikirkan rencana pertemuan aku dan vania hari ini, hari yang telah aku tunggu tunggu dalam seminggu terakhir,waktu yang membuat jantungku berdetak tidak beraturan telah tiba, aku sangat tidak sabar menanti hari ini.

Bangun dari tempat tidur aku langsung mencari koran hari ini untuk melihat jadwal film yang sedang tayang di bioskop. Aku telusuri dari atas sampai bawah untuk mencari film apa yang cocok, yah paling tidak film dengan genre romantis aku kira cocok untuk mengawali sebuah peristiwa penting yang telah aku nantikan ini.

Pilihanku jatuh pada film "Sleepless In Seattle" yang dibintangi oleh Tom Hanks dan Meg Ryan, film ini bercerita tentang seorang arsitek yang baru saja kehilangan istrinya yang meninggal karena kanker, kemudian sang arsitek yang diperankan oleh Tom Hanks hijrah ke seattle bersama anaknya dan berusaha mencari pengganti ibu bagi anaknya.dan sampai akhirnya dia menemukan tambatan hatinya dari sebuah acara talk show.

Pukul 16:00 aku sudah rapi selesai mandi dan bersiap untuk berangkat menuju bioskop yang lokasinya masih diseputaran kawasan aku dan vania tinggal. Dengan mengenakan celana jeans biru dan kemeja flanel merah, dengan sisiran belah pinggir yang sedang trend saaat itu mengikuti sosok Dylan di Film Beverly Hills 90210, aku melangkahkan kaki dengan perasaan yang tidak dapat lagi aku gambarkan saat itu.

Tiba di bioskop aku memandang seputar ruang tunggu, disana belum kulihat vania yang memang kami berencana untuk nonton film pukul 18:00 dan saat itu waktu masih menunjukan pukul 17:00. Disekeliling aku melihat beberapa pasangan remaja seusiaku sedang bersenda gurau dan terlihat mesra dan membuat hati ini iri, namun hatiku berkata "akupun bisa seperti mereka, aku sudah punya vania, yang sebentar lagi akan datang menemaniku disini".

Langsung saja aku mengantri di loket pembelian tiket dan aku pesan 2 tiket dengan posisi kursi agak kebelakang, sempat terjadi perbicangan antara aku dengan mbak penjaga loket tiket yang sepertinya mengetahui bahwa aku datang hanya seorang diri.

"dua mbak, F9 dan F8 " kataku sambil mengeluarkan lembaran Lima Ribu rupiah, saat itu tiket bioskop masih 2.500 per orang.

"Dua atau satu ? " Tanya mbak itu

"Dua mbak" jawabku yakin

"Oh soalnya kan mas nya kan sendirian" kata mbak itu sedikit meledek

"Dua mbak, nanti saya sama pacar saya, cantik lho mbak" kataku sedikit promosi

"Oh ya?" kata mbak itu sambil mencoret kode tempat duduk di selembar kertas

"Nanti mbak saya kasih tahu, saya kasih kode kalau dia sudah datang" kataku

"Iya aja deh.." kata mbak penjaga loket

Lalu terdengar suara mbak mbak yang suka cari perhatian. Kalian tahu nggak mbak mbak yang suka cari perhatian yang di bioskop? Itu lho mbak mbak yang suaranya sering terdengan "Perhatian Perhatian Pintu Theater 2 Sudah Dibuka", itu lah yang aku sebut mbak mbak yang suka cari perhatian.

Aku duduk di sudut ruang tunggu bioskop sambil memandang sekelilingku, terlihat semakin sedikit karena sebagian penonton sudah masuk dan hanya tersisa beberapa pasangan yang mungkin jadwalnya sama dengan jadwalku menonton dengan vania.

Waktu menunjukan pukul 17:30, 30 menit lagi pintu theater akan dibuka dan aku belum menemukan sosok vania ada disini. Lalu aku memutuskan untuk keluar dan mencari telpon umum untuk menelpon vania.

Beberapa kali aku mencoba menelpon tapi hanya nada tunggu dan tidak ada yang mengangkat, aku berfikir positif mungkin di rumahnya tidak ada orang dan vania sudah berangkat menuju  bioskop untuk menemuiku.

Aku kembali lagi ke bioskop dan pandanganku menyisiri seluruh ruangan dari kiri ke kanan secara perlahan dan sekali lagi aku mencoba menyisiri ruangan itu untuk mencari keberadaan vania, vania yang aku tunggu.Tapi aku tidak menemukannya.

Aku kembali duduk dan terdengan suara pemberitahuan bahwa theater 3 tempat aku menonton sudah dibuka, dan beberapa pasangan berjalan menuju pintu theater dan aku masih duduk terpaku disini menunggu vania.

Sampai pukul 18:10 aku masih terduduk sendiri dan mataku mengawasi pintu masuk dan sesekali halusinasiku melihat sosok vania yang datang dengan baju pink dan bando warna biru dengan rambut lurusnya tiba dan tersenyum kepadaku, dan ternyata itu hanya halusinasi,"Dia Tidak Pernah Datang".

Dia Yang Tidak Pernah Datang, aku baru menyadari setelah waktu menunjukan pukul 19:00, sudah 60 menit aku menunggu cemas vania dan berusahan menyenangkan hatiku yang terpukul bahwa vania akan tetap datang menemuiku, namun kenyataan yang berbeda harus aku terima, kenyataan yang membuat seluruh darah mengalir deras dari atas ke bawah, kenyataan yang harus aku terima bahwasanya dia tidak akan datang untuk menemuiku disini.

Kulihat mbak penjaga loket tadi memperhatikanku dari kejauhan dari raut wajahnya nampaknya dia sangat iba padaku, namun langsung kualihkan pandanganku darinya untuk menutupi rasa malu ini, aku beranjak pergi keluar.

Aku melangkah dengan langkah yang sangat berat menyusuri pinggir jalan raya tidak menghiraukan suara klakson kendaraan yang saling  bersahutan, aku tidak menghiraukan lagi kemana langkah ini akan berjalan.

Sampai di sebuah kursi di pinggi jalan kuputuskan untuk duduk sekedar melepas lelah. Aku duduk dan menatap ke langit yang malam itu sebenarnya sangat indah untuk dipandangi bersama kamu vania.  

Aku menatap bulan yang bersinar begitu terang dan gemerlap bintang yang seakan akan menghibur hatiku yang sedang kecewa. Seakan akan mereka mencoba memberikan aku kekuatan, mencoba untuk meyakinkan aku bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.

Sejak kejadian itu aku telah memutuskan untuk tidak lagi berharap kepada vania, mungkin dimata vania aku hanyalah seseorang laki laki yang sangat biasa yang tidak pantas untuk bersanding dengannya, seorang laki laki yang bukan di inginkannya.

Dan aku harus memberi pengertian kepada hati kecilku untuk tidak lagi menghadirkan sosok vania di alam khayalanku, semua telah berakhir dio, semua sudah selesai.

Dan aku tidak pernah membahas kejadian ini dengan vania selama berpuluh tahun lamanya dan kuanggap sesuatu yang sangat menyakitkan untuk membahasnya kembali dan biarlah kejadian ini hanya aku saja yang mengalami dan mungkin saja hanya aku yang sanggup menerima perlakuan ini.

Aku menarik nafas panjang,rasa marah, kecewa, rindu dan tanda tanya semua menggulung memenuhi pikiranku malam ini. Tidak terasa hari telah berganti dan aku belum bisa memejamkan mata ini, entah bagaimana esok akankah masih seperti ini, aku hanya bisa pasrah dan membiarkan semuanya terjadi pada diriku.





 

0 comments:

Post a Comment